Tuesday, April 3, 2012

Kesempurnaan Bukanlah Dilihat Dari Luar, Tapi Hati Itulah Tempat Kesempurnaan Yang Sesungguhnya

Menjadi manusia sempurna secara fisik bukanlah tuntutan akan tetapi berusaha untuk menjadi manusia yang sempurna di hadapan Allah adalah anjuran dalam agama islam, karena manusia diciptakan sejak awal dalam kondisi yang sempurna, baik sempurna jasadnya, pikirannya, dan akhlaknya. Allah Ta’ala berfirman di dalam surat at-tiin ayat ke-4

(لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ)

Artinya : Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Adapun yang kita lihat sekarang ada diantara kita sekelompok manusia yang berusaha untuk merubah penampilannya baik dikarenakan karakter yang dimiliki tidak sesuai dengan bentuk tubuhnya atau dikarenakan karena ikutan-ikutan mode yang sedang berkembang di dunia entertainment, jelas ini merupakan bentuk pengingkaran terhadap jati diri manusia yang sebenarnya. Karena Allah telah memilih bagi hamba-Nya apa yang terbaik, yang mana terkadang nilai-nilai kebaikan ini tidak diketahui oleh hamba itu sendiri, dan pada dasarnya tanpa bimbingan prinsip-prinsip ilahiyah yang diturunkan lewat utusan-Nya, kita itu buta akan nilai-nilai kebaikan.

Nah, dari sinilah kita sebagai manusia akan selamanya butuh akan bimbingan Allah, secerdik apapun kita, se-briliant apapun kita, kita tidak akan pernah tahu apa yang terbaik bagi diri kita. Karena hasil dari sebuah kegiatan produksi tidak akan pernah mengungguli si pembuatnya, dan bagi Allah perumpamaan yang lebih baik dari itu semua.

Bagi saudara-saudaraku yang merasa memiliki kondisi fisik dan jiwa yang kurang sempurana tidak boleh patah semangat. Boleh jadi diri kita yang sekarang ini merupakan grand design yang terbaik, dan sebagai mukmin yang baik, sudah seharusnya kita bersyukur atas apa yang kita punya sekarang. Coba kita lihat ke orang-orang di bawah kita, masih banyak yang kondisinya tidak lebih baik dari kita, dengan demikian kita akan menjadi hamba allah yang selalu bersyukur kepada-Nya.

Dan begitu pula sebaliknya, bagi saudara-saudaraku yang memiliki kondisi fisik dan jiwa yang normal, pantaskah kita mengejek dan memarginalkan saudara-saudara kita yang kurang sempurna? Padahal kita semua tidaklah memiliki diri kita, diri kita ini adalah titipan Allah, dan barang titipan akan diambil kembali oleh pemiliknya. Sudah seharusnya kita bersikap empati kepada mereka, meringankan beban mereka dengan memberikan dukungan dalam bentuk materi, dan lebih dari itu, kita ikut merasakan apa yang mereka rasakan, dengan begitu kita akan merasakan betapa nikmatnya hidup apabila diiringi dengan syukur, senasib, dan sepenanggungan.

Wallahu a’alamu bisshowaab

No comments:

Post a Comment